Jumat, 30 September 2016

Indahnya Wonosobo

Indahnya Wonosobo
Oleh : Fahrul Abas
Wonosobo merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung di sebelah timur, Kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara di sebelah barat, serta Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang di sebelah utara (Wikipedia).
Lalu seperti apa keindahan yang ada di Wonosobo?. Itulah yang akan penulis usahakan untuk diulas dalam artikel yang mungkin akan sedikit banyak terselip kesalahan ini. Oleh sebab itu, sebelum mengulas apa yang tertera di judul, seyogianya penulis meminta maaf terlebih dahulu. Setidaknya sebuah kritik yang membangun akan lebih bermanfaat daripada makian yang bersifat bullying, apalagi mengandung unsur sara, itu sangat tidak penulis harapkan. Karena memang si penulis ini masih amatiran, masih belajar menuju profesional. Selanjutnya mari kita tinggalkan basa-basi si penulis. Kita mulai ulasannya.
Wonosobo terkenal dengan udaranya yang dingin. Itu dikarenakan letak geografis Kabupaten Wonososbo yang sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah dataran tinggi, yaitu Dataran Tinggi Dieng. Selain itu juga dikelilingi oleh beberapa gunung, yaitu Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Perahu, dan gunung-gunung kecil yang membentuk gugusan Pegunungan Dieng.
Wonosobo memiliki Dieng. Sebuah dataran tinggi yang menyimpan berbagai keindahan, baik keindahan alam maupun keindahan budaya lokal yang terdiri dari perpaduan budaya Hindu Mataram yang menjadi leluhur masyarakat Dieng dan budaya Islam.
Keindahan alam Dieng terbentang luas dengan hamparan hutan dan lahan pertanian yang ditanami beberapa jenis sayuran. Yang paling populer adalah kentang. Dimana kentang dari wilayah Dieng merupakan kentang dengan kualitas terbaik di dunia. Dieng memiliki beberapa tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Yaitu Telaga Warna dan telaga pengilon. Dua buah danau yang terletak di tengah hamparan perbukitan. Kemudian Kompleks Candi Arjuna yang merupakan peninggalan dari zaman Kerajaan Mataram Hindu, juga ada beberapa candi lain yang tersebar di beberapa tempat di Dieng. Kemudian ada tempat wisata Bukit Sikunir, dimana dari situ kita melihat golden sunrise yang begitu indah, walaupun harus sedikit berjuang dengan beberapa ratus anak tangga, juga beberapa jalan menanjak yang cukup licin. Juga ada Kawah Sikidang yang merupakan semburan lava alami yang tentunya sangat panas dan dengan bau yang sedap sedikit dan tentunya mengusik hidung kita. Untuk itu kita butuh masker saat memasuki area kawah. Hitung –hitung sedikit membantu perekonomian para penjual masker yang menjajakan masker di sepanjang jalan masuk menuju kawah. Tapi yang perlu diketahui ialah dimana wisata Dieng ini juga sebagian masuk ke dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara, salah satunya Kawah Sikidang. Jadi jangan kaget saat kita ditarik karcis lagi padahal kita sudah membayar karcis di loket Diengnya Wonosobo. Ya, itukan Banjarnegara. Jadi sepertinya harus ada kerja sama antara Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo Dan Kabupaten Banjarnegara untuk efisiensi penjualan karcis. Juga tentunya harus dibahas pembagian hasil penjualan karcisnya agar adil dan tentunya akan mencegah penyerobotan wilayah.
Selain Dieng, Wonosobo juga memiliki beberapa tempat wisata yang lain. Diantaranya ialah Waduk Wadaslintang, Taman Wisata Kalianget, Curug Sikarim, dll. Tapi ada satu hal yang sayang untuk dilewatkan, yaitu Pemandian Air Hangat Tegalsari, atau biasa disebut Penganguman Tegalsari. Cocok dinikmati setelah berwisata ke Dieng karena letaknya yang berada di bawah lereng Dieng. Sekitar 2 km dari Jalan Raya Dieng, tepatnya masuk melalui pertigaan Penampelan. Sebenarnya ada lagi pemandian air hangat selain di Tegalsari, yaitu di Manggisan. Tapi saya merekomendasikan lebih baik ke Tegalsari saja. Kenapa? Karena saya si penulis paper ini adalah orang Tegalsari. Jadi bisa dibilang promosi. Tidak dipungut biaya jika ingin mandi di Penganguman Tegalsari. Hanya ongkos parkir kendaraan.
Selain menyimpan keindahan alam, Wonosobo juga memiliki berbagai budaya yang kental dengan nuansa Jawa Kuno yang berpadu dengan budaya Islam. Hal ini terlihat dengan adanya upacara pemotongan rambut gimbal yang dilakukan dengan cara Hindu dan Islam. Mengenai prosesi selengkapnya upacara pemotongan rambut gimbal ini silahkan anda datang ke Dieng langsung, sekalian piknik.
Kabupaten Wonosobo dengan masyarakat yang ramah khas orang Jawa, juga kental dengan bidang keagamaan Islam yang sebagian besar menggunakan mahzab Syafii. Hal ini didasarkan pada begitu banyaknya pondok pesantren yang ada di Wonososbo. Baik pondok pesantren salaf maupun pondok pesantren modern. Dengan didasarkan pada banyaknya pesantren yang ada, Wonosobo mendapatkan julukan sebagai kota santri. Perpaduan Budaya Islam dan Jawa menghasilkan sebuah kearifan lokal yang membentuk masyarakat yang harmonis. Sikap pluralis dengan keterbukaan kepada semua keyakinan yang ada, baik yang sama keyakinannya, maupun yang berbeda. Hal inilah yang bisa menjadi teladan dari Wonosobo untuk dijadikan contoh daerah lain.
Saat fajar menyingsing, aktifitas masyarakat dimulai. Nampak disana penuh keramahan dan kesantunan. Namun semua berubah saat senja tiba. Semua jauh dari kesantunan. Suara kesantunan yang harmonis digantikan dengan harmonisasi irama lagu bernuansa religi ala Bang Haji Rhoma Irama yang begitu merdu dinyanyikan oleh mbak-mbak PL yang seksi dan aduhai dari berbagai bilik karaoke yang tersebar di berbagai sudut di Kota Wonosobo.
Lalu apa PL itu? PL adalah singkatan dari Pemandu Lagu. Mereka adalah pendamping bagi mereka yang ingin berkaroke di kafe-kafe malam yang sedikit remang-remang. Tak sedikit dari mereka juga menyediakan layanan plus-plus yang bersifat pribadi untuk mbak PL itu sendiri. Yaitu dengan menjajakan tubuhnya, dengan menjual harga dirinya. Dengan alasan agar dapat lebih banyak uang.
Semakin malam semakin dingin dan sunyi. Tapi semakin ramai wanita cantik muncul. Mereka biasa disebut dengan cabe-cabean. ABG berparas cantik yang tampak tak malu lagi melambaikan tangan kepada setiap pengguna jalan yang lewat. Juga ada terong-terongan yang begitu menjijikkan menurut saya. Suara knalpot motor yang kerasnya melebihi suara mesin penggiling padi juga terdengar begitu berisik. Lalu siapa mereka? Mereka adalah sekelompok pemuda bermotor dengan knalpot worrrr yang terlihat begitu sok perkasa. Berkendara kebut-kebutan tanpa memakai helm sambil tertawa lebar tanpa memikirkan resiko jika lalai sedikit saja. Bagaimana jika saat berkendara sambil tertawa dengan mulut terbuka lebar ada nyamuk yang masuk ke dalam mulut? Hal tersebut pasti akan mengurangi konsentrasi saat berkendara. Jika tak siap mereka bisa kecelakaan. Jadi pesannya, “Jangan tertawa dengan mulut terbuka saat berkendara, nanti ada nyamuk masuk”.
Lalu apa penyebab hal di atas? Jika saya seorang mahasiswa yang sok keinggris-inggrisan, mungkin saya akan menjawab “itu adalah dampak globalisasi”. Hanya itu, tidak lebih tidak kurang.  Tidak ada solusi yang bisa mereka kemukakan. Berhubung saya hanya mahasiswa yang masih menuju profesional, maka jawaban saya lebih singkat, “faktor ekonomi”.
Kurangnya lapangan pekerjaaan di Kabupaten Wonososbo menyebabkan maraknya fenomena PL. Hal itu beralasan karena memang kinerja pemerintah daerah yang kurang mempopulerkan isu tentang lapangan pekerjaan membuat banyaknya pengangguran di Kabupaten Wonosobo. Akhir-akhir ini memang banyak dibangun mini market di berbagai tempat di Wonososbo. Barangkali izin mereka dipermudah. Hal ini menyebabkan sedikit bertambahnya lapangan pekerjaan. Tapi disamping itu, maraknya mini market menyebabkan lumpuhnya pasar dagang para pedagang kecil yang menggantungkan hidup keluarga mereka melalui berdagang kecil-kecilan. Yang menjadi ironi adalah apakah para wakil rakyat Wonososbo tidak tau hal tersebut atau memang tidak mau tau? Entahlah.
Ada beberapa pabrik beroperasi di Wonosobo. Sebagian adalah pabrik pengolahan kayu. Memang pabrik-pabrik tersebut menyediakan lapangan pekerjaan. Akan tetapi upah yang terlalu sedikit menyebabkan sedikit minat orang untuk bekerja di pabrik-pabrik tersebut.
Pemerintah terlalu fokus pada bidang pariwisata dengan mengembangkan berbagai keindahan alam di Wonosobo. Memang itu cukup menjanjikan untuk pemasukan kas daerah. Akan tetapi apakah itu juga bisa menjamin kesejahteraan masyarakat? Mungkin sedikit bisa. Akan tetapi itu hanya untuk wilayah yang berpotensi wisata saja.

Barangkali jika pemerintah daerah mampu menyediakan lahan untuk pasar yang kondusif akan mampu menarik minat pengusaha-pengusaha besar untuk berinfestasi di Wonosobo. Juga dibarengi dengan kualitas tenaga kerja yang baik. Untuk menghasilkan tenaga kerja yang profesional tentu bisa dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Sektor pertanian juga harus ditingkatkan. Pemerintah harus mampu memberi penyuluhan kepada para petani tentang bagaimana menanam dengan modal sedikit bisa menghasilkan panen yang melimpah. Dengan demikian mudah-mudahan mampu meningkatkan perekonomian Kabupaten Wonosobo dengan tanpa meninggalkan kearifan lokal yang sudah lama menjadi teman keseharian masyarakat Wonosobo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar