Indahnya Wonosobo
Oleh : Fahrul Abas
Wonosobo merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa
Tengah. Berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung di
sebelah timur, Kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten
Banjarnegara di sebelah barat, serta Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang di
sebelah utara (Wikipedia).
Lalu seperti apa keindahan yang ada di Wonosobo?. Itulah yang akan
penulis usahakan untuk diulas dalam artikel yang mungkin akan sedikit banyak
terselip kesalahan ini. Oleh sebab itu, sebelum mengulas apa yang tertera di
judul, seyogianya penulis meminta maaf terlebih dahulu. Setidaknya sebuah
kritik yang membangun akan lebih bermanfaat daripada makian yang bersifat
bullying, apalagi mengandung unsur sara, itu sangat tidak penulis harapkan.
Karena memang si penulis ini masih amatiran, masih belajar menuju profesional.
Selanjutnya mari kita tinggalkan basa-basi si penulis. Kita mulai ulasannya.
Wonosobo terkenal dengan udaranya yang dingin. Itu dikarenakan
letak geografis Kabupaten Wonososbo yang sebagian besar wilayahnya merupakan
wilayah dataran tinggi, yaitu Dataran Tinggi Dieng. Selain itu juga dikelilingi
oleh beberapa gunung, yaitu Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Perahu, dan
gunung-gunung kecil yang membentuk gugusan Pegunungan Dieng.
Wonosobo memiliki Dieng. Sebuah dataran tinggi yang menyimpan
berbagai keindahan, baik keindahan alam maupun keindahan budaya lokal yang
terdiri dari perpaduan budaya Hindu Mataram yang menjadi leluhur masyarakat Dieng
dan budaya Islam.
Keindahan alam Dieng terbentang luas dengan hamparan hutan dan
lahan pertanian yang ditanami beberapa jenis sayuran. Yang paling populer
adalah kentang. Dimana kentang dari wilayah Dieng merupakan kentang dengan
kualitas terbaik di dunia. Dieng memiliki beberapa tempat wisata yang menarik
untuk dikunjungi. Yaitu Telaga Warna dan telaga pengilon. Dua buah danau yang
terletak di tengah hamparan perbukitan. Kemudian Kompleks Candi Arjuna yang
merupakan peninggalan dari zaman Kerajaan Mataram Hindu, juga ada beberapa
candi lain yang tersebar di beberapa tempat di Dieng. Kemudian ada tempat
wisata Bukit Sikunir, dimana dari situ kita melihat golden sunrise yang begitu
indah, walaupun harus sedikit berjuang dengan beberapa ratus anak tangga, juga
beberapa jalan menanjak yang cukup licin. Juga ada Kawah Sikidang yang
merupakan semburan lava alami yang tentunya sangat panas dan dengan bau yang
sedap sedikit dan tentunya mengusik hidung kita. Untuk itu kita butuh masker
saat memasuki area kawah. Hitung –hitung sedikit membantu perekonomian para
penjual masker yang menjajakan masker di sepanjang jalan masuk menuju kawah.
Tapi yang perlu diketahui ialah dimana wisata Dieng ini juga sebagian masuk ke
dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara, salah satunya Kawah Sikidang. Jadi jangan
kaget saat kita ditarik karcis lagi padahal kita sudah membayar karcis di loket
Diengnya Wonosobo. Ya, itukan Banjarnegara. Jadi sepertinya harus ada kerja
sama antara Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo Dan Kabupaten Banjarnegara
untuk efisiensi penjualan karcis. Juga tentunya harus dibahas pembagian hasil
penjualan karcisnya agar adil dan tentunya akan mencegah penyerobotan wilayah.
Selain Dieng, Wonosobo juga memiliki beberapa tempat wisata yang
lain. Diantaranya ialah Waduk Wadaslintang, Taman Wisata Kalianget, Curug
Sikarim, dll. Tapi ada satu hal yang sayang untuk dilewatkan, yaitu Pemandian
Air Hangat Tegalsari, atau biasa disebut Penganguman Tegalsari. Cocok dinikmati
setelah berwisata ke Dieng karena letaknya yang berada di bawah lereng Dieng.
Sekitar 2 km dari Jalan Raya Dieng, tepatnya masuk melalui pertigaan
Penampelan. Sebenarnya ada lagi pemandian air hangat selain di Tegalsari, yaitu
di Manggisan. Tapi saya merekomendasikan lebih baik ke Tegalsari saja. Kenapa?
Karena saya si penulis paper ini adalah orang Tegalsari. Jadi bisa dibilang
promosi. Tidak dipungut biaya jika ingin mandi di Penganguman Tegalsari. Hanya
ongkos parkir kendaraan.
Selain menyimpan keindahan alam, Wonosobo juga memiliki berbagai
budaya yang kental dengan nuansa Jawa Kuno yang berpadu dengan budaya Islam.
Hal ini terlihat dengan adanya upacara pemotongan rambut gimbal yang dilakukan
dengan cara Hindu dan Islam. Mengenai prosesi selengkapnya upacara pemotongan
rambut gimbal ini silahkan anda datang ke Dieng langsung, sekalian piknik.
Kabupaten Wonosobo dengan masyarakat yang ramah khas orang Jawa,
juga kental dengan bidang keagamaan Islam yang sebagian besar menggunakan
mahzab Syafii. Hal ini didasarkan pada begitu banyaknya pondok pesantren yang
ada di Wonososbo. Baik pondok pesantren salaf maupun pondok pesantren modern.
Dengan didasarkan pada banyaknya pesantren yang ada, Wonosobo mendapatkan
julukan sebagai kota santri. Perpaduan Budaya Islam dan Jawa menghasilkan
sebuah kearifan lokal yang membentuk masyarakat yang harmonis. Sikap pluralis
dengan keterbukaan kepada semua keyakinan yang ada, baik yang sama
keyakinannya, maupun yang berbeda. Hal inilah yang bisa menjadi teladan dari
Wonosobo untuk dijadikan contoh daerah lain.
Saat fajar menyingsing, aktifitas masyarakat dimulai. Nampak disana
penuh keramahan dan kesantunan. Namun semua berubah saat senja tiba. Semua jauh
dari kesantunan. Suara kesantunan yang harmonis digantikan dengan harmonisasi
irama lagu bernuansa religi ala Bang Haji Rhoma Irama yang begitu merdu
dinyanyikan oleh mbak-mbak PL yang seksi dan aduhai dari berbagai bilik karaoke
yang tersebar di berbagai sudut di Kota Wonosobo.
Lalu apa PL itu? PL adalah singkatan dari Pemandu Lagu. Mereka
adalah pendamping bagi mereka yang ingin berkaroke di kafe-kafe malam yang
sedikit remang-remang. Tak sedikit dari mereka juga menyediakan layanan
plus-plus yang bersifat pribadi untuk mbak PL itu sendiri. Yaitu dengan
menjajakan tubuhnya, dengan menjual harga dirinya. Dengan alasan agar dapat
lebih banyak uang.
Semakin malam semakin dingin dan sunyi. Tapi semakin ramai wanita
cantik muncul. Mereka biasa disebut dengan cabe-cabean. ABG berparas cantik
yang tampak tak malu lagi melambaikan tangan kepada setiap pengguna jalan yang
lewat. Juga ada terong-terongan yang begitu menjijikkan menurut saya. Suara
knalpot motor yang kerasnya melebihi suara mesin penggiling padi juga terdengar
begitu berisik. Lalu siapa mereka? Mereka adalah sekelompok pemuda bermotor
dengan knalpot worrrr yang terlihat begitu sok perkasa. Berkendara
kebut-kebutan tanpa memakai helm sambil tertawa lebar tanpa memikirkan resiko
jika lalai sedikit saja. Bagaimana jika saat berkendara sambil tertawa dengan
mulut terbuka lebar ada nyamuk yang masuk ke dalam mulut? Hal tersebut pasti
akan mengurangi konsentrasi saat berkendara. Jika tak siap mereka bisa
kecelakaan. Jadi pesannya, “Jangan tertawa dengan mulut terbuka saat
berkendara, nanti ada nyamuk masuk”.
Lalu apa penyebab hal di atas? Jika saya seorang mahasiswa yang sok
keinggris-inggrisan, mungkin saya akan menjawab “itu adalah dampak
globalisasi”. Hanya itu, tidak lebih tidak kurang. Tidak ada solusi yang bisa mereka kemukakan.
Berhubung saya hanya mahasiswa yang masih menuju profesional, maka jawaban saya
lebih singkat, “faktor ekonomi”.
Kurangnya lapangan pekerjaaan di Kabupaten Wonososbo menyebabkan
maraknya fenomena PL. Hal itu beralasan karena memang kinerja pemerintah daerah
yang kurang mempopulerkan isu tentang lapangan pekerjaan membuat banyaknya pengangguran
di Kabupaten Wonosobo. Akhir-akhir ini memang banyak dibangun mini market di
berbagai tempat di Wonososbo. Barangkali izin mereka dipermudah. Hal ini
menyebabkan sedikit bertambahnya lapangan pekerjaan. Tapi disamping itu,
maraknya mini market menyebabkan lumpuhnya pasar dagang para pedagang kecil
yang menggantungkan hidup keluarga mereka melalui berdagang kecil-kecilan. Yang
menjadi ironi adalah apakah para wakil rakyat Wonososbo tidak tau hal tersebut
atau memang tidak mau tau? Entahlah.
Ada beberapa pabrik beroperasi di Wonosobo. Sebagian adalah pabrik
pengolahan kayu. Memang pabrik-pabrik tersebut menyediakan lapangan pekerjaan.
Akan tetapi upah yang terlalu sedikit menyebabkan sedikit minat orang untuk
bekerja di pabrik-pabrik tersebut.
Pemerintah terlalu fokus pada bidang pariwisata dengan
mengembangkan berbagai keindahan alam di Wonosobo. Memang itu cukup menjanjikan
untuk pemasukan kas daerah. Akan tetapi apakah itu juga bisa menjamin
kesejahteraan masyarakat? Mungkin sedikit bisa. Akan tetapi itu hanya untuk
wilayah yang berpotensi wisata saja.
Barangkali jika pemerintah daerah mampu menyediakan lahan untuk
pasar yang kondusif akan mampu menarik minat pengusaha-pengusaha besar untuk
berinfestasi di Wonosobo. Juga dibarengi dengan kualitas tenaga kerja yang
baik. Untuk menghasilkan tenaga kerja yang profesional tentu bisa dilakukan
dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Sektor pertanian juga harus
ditingkatkan. Pemerintah harus mampu memberi penyuluhan kepada para petani
tentang bagaimana menanam dengan modal sedikit bisa menghasilkan panen yang
melimpah. Dengan demikian mudah-mudahan mampu meningkatkan perekonomian
Kabupaten Wonosobo dengan tanpa meninggalkan kearifan lokal yang sudah lama
menjadi teman keseharian masyarakat Wonosobo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar