BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari setiap
tindakan manusia sesungguhnya didasari oleh keputusan yang diambil. Mulai dari
aktifitas individual hingga aktifitas organisasi. Akan tetapi, karena
keputusan-keputusan tersebut telah rutin diambil, maka biasanya seseorang atau
kelompok organisasi tidak lagi berlama-lama berfikir untuk menetapkan keputusan
tersebut. Seolah-olah setiap tindakan dilakukan begitu saja secara alami tanpa
pertimbangan. Padahal sesungguhnya tidaklah sepenuhnya seperti ini.
Bukan perkara mudah untuk mengambil
sebuah keputusan. Terutama untuk seorang pemimpin. Keputusan yang diambil
haruslah mampu mencakup atau menjadi penghubung berbagai pendapat yang ada di
dalam organisasi atau lembaga yang dipimpinnya. Keputusan yang dihasilkan tentu
keputusan yang terbaik. Untuk itu diperlukan pertimbangan yang sangat matang.
Dalam organisasi pastilah akan
muncul berbagai argumen. Disitulah letak kesulitan saat pengambilan keputusan.
Keputusan yang akan diambil tentunya merupakan keputusan terbaik dan juga sudah
dipertimbangkan secara matang.
Jadi dibutuhkan beberapa aspek yang
bisa memudahkan proses pengambilan keputusan. Itulah yang melatar belakangi
penulisan makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian pengambilan keputusan?
2.
Apa
dasar-dasar pengambilan keputusan?
3.
Apa
faktor- faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan?
4.
Bagaimana
proses-proses pengambilan keputusan?
5.
Bagaimana
pengambilan keputusan dalam lingkup sekolah?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian pengambilan keputusan.
2.
Untuk
mengetahui dasar-dasar pengambilan keputusan.
3.
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
4.
Untuk
mengetahui proses-proses pengambilan keputusan.
5.
Untuk
mengetahui proses pengambilan keputusan dalam lingkup sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan merupakan proses pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif
untuk pemecahan masalah.
Pengambilan
keputusan sangat erat hubungannya dengan seluruh kegiatan organisasi. Meliputi
seluruh fungsi manajemen dalam organisasi. Lembaga-lembaga pendidikan juga
tidak akan lepas dari proses pengambilan keputusan.
Semakin
banyak informasi-informasi yang dikumpulkan dan dianalisis secara rinci, maka
semakin banyak pertimbangan yang bisa dipakai sehingga akan menghasilkan
keputusan yang baik. Contohnya seseorang yang akan membeli handphone. Ia akan
membandingkan antara merek satu dengan merek yang lainnya, membandingkan
harganya, membandingkan kualitasnya, serta modelnya. Dan untuk mengambil
keputusan mungkin ia akan memerlukan waktu beberapa jam, bahkan beberapa hari
sebelum menjatuhkan keputusan.
Sehingga
memang pengambilan keputusan adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan
pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan
pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang
mungkin akan dilalui oleh pembuat
keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah
utama, menyusun alternatif yang akan dipilih, dan sampai pada pengambilan keputusan
terbaik dalam organisasi tersebut.
Proses
pengambilan keputusan secara rasional dan ilmiah pada dasarnya meliputi
beberapa hal, yaitu pemahaman dan perumusan masalah, pengumpulan dan analisa
data yang relevan, pengembangan alternatif-alternatif, pemilihan alternatif
terbaik, implementasi keputusan, dan evaluasi hasil keputusan.
Kegiatan
pengambilan keputusan yang cepat dan tepat merupakan bagian dari kegiatan
administrasi yang dimaksudkan agar permasalahan yang akan menghambat roda
organisasi dapat segera terpecahkan dan terselesaikan. Sehingga suatu
organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai
suatu tujuan organisasi.
Pengambilan
keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil dari proses yang membawa pada
pemilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternatif yang tersedia.
Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan. Keputusan
dibuat berguna untuk mencapai tujuan tertentu.
Secara
umum jenis pengambilan keputusan dapat dikategorikan dalam dua bentuk, yakni
keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram.
Keputusan
terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang kali
dan diambil secara rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram biasanya
menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak
memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi.
Keputusan
tidak terprogram muncul sebagai akibat dari suatu situasi di mana ada suatu
kemendesakan untuk segera mengambil tindakan dan memecahkan masalah yang
timbul. Biasanya keputusan ini bersifat repetitif, tidak terstruktur dan sukar
mengenali bentuk, hakekat dan dampaknya.
B.
Dasar-Dasar
Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan sangat dibutuhkan dalam mengimplementasikan fungsi dasar manajemen.
Seorang pemimpin tidak akan dapat menjalankan fungsi-fungsi manajemen
(planning, organizing, actuating, dan controling), tanpa pengambilan keputusan.
Menurut
George Terry (dalam Hasan, 2002:12-13) dasar-dasar pengambilan keputusan adalah :
a.
Intuisi
Intuisi
merupakan pengambilan keputusan berdasarkan perasaan subjektif dari pengambil
keputusan. Sehingga sangat dipengaruhi oleh sugesti dan faktor kejiwaan.
b.
Rasional
Rasional
ialah pengambilan keputusan yang bersifat obyektif, logis, transparan, dan
konsisten karena berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang.
c.
Fakta
Pengambilan
keputusan yang berdasarkan fakta ialah didasarkan pada kenyataan objektif yang
terjadi sehingga keputusan yang diambil dapat lebih sehat, solid, dan baik.
d.
Wewenang
Pengambilan
keputusan ini didasarkan pada wewenang dari manajer yang memiliki kedudukan
lebih tinggi dari bawahannya.
e.
Pengalaman
Pengambilan keputusan yang
didasarkan pada pengalaman seorang manajer.
C.
Faktor Yang
Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan ialah sebagai berikut :
a.
Kedudukan
Dalam
rangka pengambilan keputusan, posisi / kedudukan seseorang dapat dilihat dalam
hal letak posisi. Dalam hal ini apakah sebagai pembuat keputusan, penetu
keputusan, atau staf.
b.
Masalah
Masalah
atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan yang
merupakan penyimpangan daripada apa yang diharapkan, direncanakan, atau
dikehendaki dan harus diselesaikan.
c.
Situasi
Situasi
adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain,
dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita, beserta apa
yang hendak kita perbuat.
d.
Kondisi
Kondisi
adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya
gerak, daya berbuat atau kemampuan kita.
e.
Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik
tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan
usaha pada umumnya telah ditentukan. Tujuan yang ditentukan merupakan tujuan
antara subyektif atau obyektif.
D.
Proses
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Dalam
arti mendasar sebenarnya pengambilan keputusan sudah mengandung arti adanya
pemecahan masalah. Setiap keputusan digunakan untuk memecahkan ataupun
mengurangi masalah dalam sebuah organisasi. Dalam pemecahan masalah ada
beberapa langkah maupun proses pengambilan keputusan dalam organisasi, yaitu :
a.
Mengidentifikasi masalah
Masalah-masalah
dalam organisasi biasanya cukup banyak, terkadang bercampur dengan berbagai
masalah lain sehingga terlihat sulit dan seolah-olah tidak dapat terselesaikan.
Untuk berbagai masalah yang muncul, perlu adanya uraian masalah sehingga jelas
masalah-masalah yang akan dikaji dan jelas batas-batasnya.
b.
Merumuskan Masalah
Seorang
pemimpin harus tanggap dan sensitif terhadap maslah yang muncul dalam
organisasinya. Langkah ini merupakan yang paling kritis dalam pengambilan
keputusan karena jelas atau tidaknya rumusan masalah akan mempengaruhi
pemahaman anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan.
c.
Menentukan Alternatif
Untuk
langkah ini perlu diingat faktor yang menyebabkan timbulnya masalah dan hal
yang berkenaan dengan hadirnya masalah yang akan dipecahkan. Dari beberapa
alternatif yang ada, harus dipilih satu alternatif yang paling tepat untuk
dijadikan keputusan. Pemilihan alternatif harus mempertimbangkan ketersediaan
sumber daya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan, kemampuan
alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif pada
masa yang akan datang.
d.
Mengidentifikasi Konsekuensi dari
Pengambilan Keputusan Setiap Alternatif
Antisipatif
terhadap akibat dari pemilihan alternatif ini barangkali merupakan aspek yang
paling menyulitkan dalam pemecahan masalah. Dalam hal ini banyak faktor yang
harus dipertimbangkan. Setiap langkah pengambilan keputusan tentu mrngandung
akibat. Misalnya seorang kepala sekolah harus mempertimbangkan hasil keputusan
yang akan diambil, dengan mengambil keputusan pengadaan peralatan-peralatan
sekolah untuk keperluan sekolah. Apakah dengan peralatan tersebut nantinya bisa
mendukungkesuksesan belajar yang maksimal atau tidak.
e.
Memilih Alternatif Yang Baik
Apabila
sudah dipertimbangkan mengenai antisipasi terhadap akibat yang mungkin timbul
disebabkan karena pengambilan alternatif yang diajukan, seorang pemimpin
organisasi sebaiknya selalu membuat pertimbangan untuk dijadikan sebagai pemecah
masalah. Bila orang yang menentukan pilihan ini tidak sendirian dan jumlah
alternatif yang diajukan banyak dan memusingkan, maka dalam hal ini harus
diadakanpenentuan berdasarkan skala prioritas sebuah lembaga atau organisasi.
f.
Evaluasi
Setelah alternatif dilaksanakan,
bukan berarti proses pengambilan keputusan telah selesai. Pelaksanaan
alternatif harus terus diamati apakah sesuai dengan apa yang diharapkan atau
tidak. Bila langkah-langkah pelaksanaan telah dilakukan dengan benar tetapi
hasil yang dicapai tidak maksimal, maka sudah waktunya untuk mempertimbangkan
kembali pemilihan alternatif lainnya.
E.
Pengambilan
Keputusan Di Sekolah
Dilihat
dari fungsi kepala sekolah sebagai manajer atau pemimpin sekolah, maka salah
satu fungsi yang harus dilakukan adalah sebagai pengambil keputusan. Dalam
kaitannya dengan fungsi tersebut, kepala sekolah memiliki pandangan tertentu
dalam memberi kesempatan kepada guru untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan.
Ada
beberapa model gaya pengambilan keputusan yang biasa diterapkan oleh seorang
pemimpin yang juga biasa diterapkan oleh seorang kepala sekolah dalam
lingkungan sekolah, yakni :
a.
Pemimpin membuat keputusan dan
kemudian mengumumkan kepada bawahannya. Model ini terlihat bahwa otoritas yang
dipergunakan atasan terlalu dominan, sedangkan daerah kebebasan bawahan sempit
sekali.
b.
Pemimpin menjual keputusan. Pada
gaya ini pemimpin masih dominan. Bawahan belum banyak dilibatkan.
c.
Pemimpin menyampaikan ide-ide dan
mengundang pertanyaan. Dalam model ini pemimpin sudah menunjukkan kemajuan.
Otoritas mulai berkurang dan bawahan diberi kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Bawahan mulai dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
d.
Pemimpin memberikan keputusan
bersifat sementara yang kemungkinan dapat dirubah. Bawahan sudah mulai banyak
terlibat dalam rangka pengambilan keputusan. Otoritas pelan-pelan mulai
berkurang.
e.
Pemimpin memberikan persoalan,
meminta saran-saran dan mengambil keputusan. Pada gaya ini otoritas yang
dipergunakan sedikit. Sedangkan kebebasan bawahan dalam berpartisipasi
mengambil keputusan sudah lebih banyak dipergunakan. Pemimpin merumuskan
batas-batasnya dan meminta kelompok bawahan untuk mengambil keputusan.
Partisipasi bawahan sudah lebih dominan.
f.
Pemimpin mengizinkan bawahan
melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh
pemimpin.
Dalam
menganalisis hubungan antara pemimpin dan bawahan didasarkan pada gaya
kepemimpinan menurut teori Hersey-Blanchard ada empat gaya , yakni :
a.
Gaya memberitahukan (G 1)
Perilaku
pemimpin yang tinggi dalam pengarahan akan tetapi rendah dukungan dari bawahan.
Pola yang muncul adalah instruksi. Pemimpin dalam pola ini masih dominan,
sedangkan bawahan partisipasinya sangat minim. Pengambilan keputusan sepenuhnya
berada pada pemimpin.
b.
Gaya ”menjual” (G 2)
Perilaku
pemimpin yang tinggi dalam pengarahan dan dukungan yang tinggi dari bawahan.
Pola yang muncul adalah konsultasi. Dalam pola ini peranan pemimpin masih
besar, tetapi sudah memberikan dan mendorong partisipasi dari bawahan. Akan
tetapi pengambilan keputusan tetap masih berada pada pemimpin.
c.
Gaya mengajak bawahan berperan serta
(G 3)
Perilaku
pemimpin yang tinggi dalam dukungan akan tetapi rendah dalam pengarahan. Pola
yang muncul dalam pengambilan keputusan adalah partisipasi karena posisi
kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dipegang secara
bergantian. Dalam pola ini pemimpin dan bawahan saling tukar menukar ide.
Komunikasi dua arah dimungkinkan, peran pemimpin adalah aktif mendengar.
Tanggung-jawab pemecahan masalah dan pengambilan keputusan sebagian besar
berada pada pihak bawahan.
d.
Gaya pendelegasian (G 4)
Perilaku pemimpin yang rendah
dukungan dan rendah pengarahan. Pola yang muncul adalah delegasi. Pemecahan
masalah diserahkan sepenuhnya kepada bawahan. Peran bawahan sangat dominan akan
tetapi mereka kurang atau bahkan tidak mendapat pengarahan dari pemimpin.
Sehubungan dengan peran guru dalam
pengambilan keputusan di sekolah ada dua konsep yang perlu dikaji, yakni
persepsi dan aspirasi.
Persepsi merupakan proses yang digunakan individu dalam mengelola
dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada
lingkungan mereka. Dalam konteks teori ini peran serta para guru adalah
bagaimana mereka mempersepsikan pandangan, penghayatan, perasaan mereka sebagai
sesuatu yang bermakna dan dapat disumbangkan bagi kemajuan pembelajaran dan
sekolah.
Konsep kedua adalah aspirasi.
Aspirasi dalam bahasa Inggris aspiration yang berarti cita-cita, keinginan. Jadi
aspirasi guru dan staf adalah
keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh para guru dan
staf sekolah untuk dipenuhi guna
peningkatan kesejahteraan kerja dalam rangka mereka berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan di sekolah.
Aspirasi guru dan staf sekolah pada
umumnya ada yang tinggi dan ada yang rendah. Ada faktor-faktor yang menimbulkan
tinggi rendahnya tingkat aspirasi. Faktor yang menyebabkan aspirasi tinggi
adalah : (1) pengalaman sukses, (2) tugas-tugas yang sukar menuntut kerja
keras, (3) merasa terkontrol oleh diri sendiri, (4) tugas-tugas yang relevan dengan kebutuhan akademis maupun
jabatan yang diharapkan, (5) infromasi yang berguna, (6) kelompok orang yang
homogen, (7) tujuan yang realistik untuk dicapai.
Sedangkan faktor yang menyebabkan
aspirasi rendah adalah : (1) pengalaman gagal, (2) tugas-tugas yang mudah
sehingga dengan usaha yang sedikit dapat menyelesaikannya, (3) tergantung oleh
kontrol orang lain, (4) tugas-tugas yang dirasakan relevan dengan kebutuhan
akademik maupun jabatan yang diharapkan, (5) informasi dirasakan tidak berguna,
(6) kelompok yang heterogen, (7) tujuan yang tidak realistik.
Ada tiga tingkatan pengambilan
keputusan dalam lingkup sekolah di mana para guru dapat berpartisipasi, yakni ;
(1) pengambilan keputusan oleh guru sebagai individu, (2) pengambilan keputusan
dibuat secara bersama antara kepala sekolah dan guru, (3) pengambilan keputusan
secara bersama dari para guru, kepala sekolah, orang dan siswa.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengambilan keputusan merupakan
aktivitas yang sangat menentukan dalam suatu organisasi. Pengambilan keputusan
merupakan esensi/inti dari kepemimpinan. Seorang pemimpin disebut pemimpin
apabila dapat dan mampu mengambil keputusan.
Keputusan merupakan hasil akhir yang
dihasilkan dari proses diskusi secara matang oleh pemimpin dengan bawahannya
ataupun koleganya. Setiap keputusan yang baik maka akan memberi dampak yang
baik pula ke depannya.
Proses pengambilan harus dilakukan
secara rinci dan bertahap agar mendapatkan opsi yang tepat. Diawali dengan identifikasi
masalah, dilanjutkan dengan perumusan masalah. Setiap masalah dikumpulkan untuk
dicari beberapa alternatif kemudian dipilih alternatif terbaik dan kemudian
dihasilkan keputusan yang baik.
Seorang pemimpin dituntut untuk bisa
membuat keputusan-keputusan yang seadil-adilnya. Demikian halnya dengan kepala
sekolah yang merupakan pemimpin di dalam lingkup sekolah. Seorang kepala
sekolah dituntut untuk membuat kebijakan yang tepat demi kelancaran proses
belajar di sekolah, ataupun demi kemajuan sekolah yang dipimpinnya. Untuk itu
seorang kepala sekolah haruslah orang yang benar-benar mumpuni.
Seorang kepala sekolah harus mampu
merangkul setiap elemen yang ada di sekolah untuk diajak bekerja sama untuk
mendapatkan kebujakan yang tepat di sekolah. Setiap warga sekolah, baik guru,
staf TU, ataupun siswa diberikan hak yang sama oleh kepala sekolah dalam hal
penyampaian aspirasi. Saat itulah seorang kepala sekolah yang kompetitif mampu
mengumpulkan setiap aspirasi yang masuk dari warga sekolah lalu kemudian
menyaringnya dan menghasilkan keputusan terbaik demi kemaslahatan warga
sekolah.
Sebagaimana sudah dijelaskan diatas
bahwa pengambilan keputusan yang benar haruslah melalui beberapa tahap. Saat
tahap-tahap itu dilalui dengan sebaik-baiknya maka keputusan terbaikpun akan
dihasilkan. Keputusan yang baik akan akan membawa dampak yang baik pula
kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar