BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tahun
2006 adalah sebuah babak baru dalam perjalanan panjang pendidikan negeri
kita,Indonesia. Dimana dunia pendidikan mengalami reformasi besar-besaran
dengan diberlakukannya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) yang
memberikan otonomi dan kewenangan yang begitu besar kepada sekolah sebagai
lembaga penyelenggara pendidikan, ujung tombak sistem pendidikan negeri
ini.Beberapa pihak menyambut baik kehadiran KTSP, namun tak jarang pula orang
yang mencibir, acuh, dan pesimis terhadap KTSP. Semua perubahan ini dianggap
sama saja dengan perubahan-perubahan sebelumnya, betapa tidak negara ini telah
mengalami beberapa perubahan kurikulum yang bagi sebagian pihak, hasilnya tetap
sama saja.
Murid-murid
sekolah dasar, terutama kelas-kelas awal, melihat dirinya sebagai pusat
lingkungan yang merupakan suatu keseluruhan yang belum jelas unsur-unsurnya.
Ketidakmengertian tentang suatu topik mereka belum bisa diwujudkan dalam bentuk kemampuan bertanya dengan baik.
Kemampuan untuk bergaul dengan hal-hal yang lebih bersifat abstrak, yang
diperlukan untuk menangani gagasan-gagasan dalam berbagai mata pelajaran
akademik, umumnya baru terbentuk pada usia ketika mereka duduk di kelas-kelas
akhir SD. Oleh karena itu, pengemasan pengalaman belajar akan sangat
berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman tersebut bagi mereka. Perolehan
pengalaman belajar yang holistik dan tidak berkotak-kotak akan membantu siswa memahami
materi secara komprehensif. Pengemasan pengalaman belajar yang memenuhi
tuntutan tersebut adalah dalam bentuk pembelajaran terpadu (tematik).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai
berikut:
1.
Apa
pengertian pembelajaran tematik?
2.
Bagaimana
karakteristik pembelajaran tematik?
3.
Apa
prisip dan model pembelajaran tematik?
4.
Bagaimana
strategi pembelajaran tematik?
5.
Bagaimana
persiapan dan pelaksanaan pembelajaran tematik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
terpadu (tematik) berawal dari pengembangan skema-skema pengetahuan yang ada di
dalam diri siswa. Hal tersebut merupakan salah satu pengembangan dari filsafat
kontruktivisme. Salah satu pandangan tentang proses kontruktivisme dalam
pembelajaran adalah bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) yang
diawali dengan terjadinya konflik kognitif hanya dapat diatasi melalui
pengetahuan diri (self regulation). Pada akhir proses belajar,
pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dari hasil
interaksi dengan lingkungannya.[1]
Prinsip-prinsip
konruktivisme yang dikembangkan pada pembelajaran terpadu yaitu 1) pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri; 2) pengeteahuan tidak dapat dipindahkan dri guru
ke murid , kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar; 3) murid aktif mengonstruksi terus
menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih
rinci, lengkap, dan sesuai dengan konsep ilmiah; 4) guru sekedar membantu
menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.[2]
Pembelajaran
terpadu sebagai suatu konsep, dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar
mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada anak. Dikatakan bermakna, karena anak dalam pembelajaran
terpadu akan memahami konsep–konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Kegiatan pembelajaran terpadu tersebut memadukan materi dari beberapa mata
pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan belajar mengajar dengan
cara ini paling tidak dapat dilakukan dengan dua cara, yakni materi beberapa
mata pelajaran yang disajikan dalam tiap pertemuan, dan setiap pertemuan hanya
menyajikan satu jenis mata pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya
diikat dengan satu tema pemersatu.[3]
Pengembangan pembelajaran terpadu di sekolah dasar
didasari beberapa hal (Depdikbud, 1995:3), yaitu :
a.
Sesuai
dengan penghayatan dunia kehidupan anak yang bersifat holistik;
b.
Sesuai
dengan potensi pengaitan mata pelajaran di sekolah dasar sehingga mampu
membuahkan penguasaan isi pembelajaran secara utuh;
c.
Idealisasi
pelaksanaan kurikulum yang selayaknya dikembangkan secara integratif.[4]
B.
Karakteristik Pembelajaran Tematik
Dalam
Model Pembelajaran Tematik di kelas awal yang diterbitkan Balitbang Diknas,
tahun 2006 dikemukakan bahwa sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar,
pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1.
Berpusat
pada siswa
Pembelajaran
tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar
sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan
kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2.
Memberikan
pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman
langsung kepada siswa (direct experiences).Dengan pengalaman langsung ini,
siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami
hal-hal yang lebih abstrak.
3.
Pemisahan
mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata
pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada
pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.
Menyajikan
konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep
dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara
utuh.Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Bersifat
fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel)
dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6.
Menggunakan
prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Pembelajaran tematik mengadopsi prinsip belajar
PAKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
C. Prinsip dan Model Pembelajaran Terpadu
A. Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran terpadu
adalah sebagai berikut :
a.
pembelajaran terpadu
memiliki satu tema yang aktual, deka dengan dunia siswa, dan ada dalam
kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari
beberapa mata pelajaran;
b.
pembelajaran terpadu perlu
memilih materi beberapa materi mata pelajaran yang mungkin saling terkait.
Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara
bermakna;
c.
pembelajaran terpadu tidak
boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi harus mendukung
pencapaian tujuan yang utuh terhadap kegiatan pembelajaran yang termuat dalam
kurikulum;
d.
materi pelajaran yang dapat
dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti
minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.
e.
materi pelajaran yang
dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya materi yang tidak mungkin dipadukan
tidak usah dipadukan.[5]
B.
Model-Model Pembelajaran Terpadu
Ditinjau dari cara memadukan konsep,
keterampilan, topik, dan unit tematisnya, menurut Robin Fogarty (1991) terdapat
sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara
atau model tersebut adalah : 1) fragmented; 2) connected; 3) nested;
4) sequenced; 5) shared; 6) webbed; 7) threaded; 8)
integrated; 9) immersed; dan 10) networked.[6]
Berdasarkan sifat keterpaduannya, dari
kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut dapat dibedakan menjadi tiga
(Fogarty, 1991: 4), yaitu :
a.
model dalam satu desain ilmu yang meliputi
model connected (keterhubungan) dan nested (terangkai);
b.
model antar bidang studi yang meliputi model sequenced
(keterurutan). Model shared (berbegi), model webbed (jaring
laba-laba), model threaded (bergalur), dan model integrated
(keterpaduan);
c.
model lintas siswa yang meliputi model immersed
dan model network.[7]
Selain pandangan Robin Fogarty di atas, Jacobs
(1989) mengemukakan lima pilihan bentuk keterpaduan dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu discipline based, parallel, multidisciplinary,
interdisciplinary, dan integrated. Secara ringkas, kelima model
tersebut diuraikan dibawah ini.
a.
Bentuk discipline Based adalah bentuk
keterpaduan yang bertolak dari mata pelajaran tertentu. Sebuah topik ekonomi,
misalnya, dapat dihubungkan dengan masalah sosial politik dan ilmiah.
b.
Bentuk parallel adalah bentuk
pembelajaran yang memadukan tema-tema yang sama dalam beberapa mata pelajaran.
Bentuk ini mengondisikan tingkat keterpaduan yang kurang mendalam.
c.
Bentuk multidisciplinary adalah bentuk
pembelajaran sejumlah mata pelajaran secara terpisah melalui sebuah tema.
d.
Bentuk interdisciplinary adalah bentuk
pembelajaran yan menggabungkan sejumlah mata pelajaran dalam sebuah tema.
Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam waktu yang bersamaan.
e.
Bentuk integrated merupakan bentuk
pembelajaran yang memadukan sebuah konsep dari sejumlah mata pelajaran melalui
hubungan tujuan-tujuan, isi, keterampilan, aktifitas, dan sikap. Dengan kata
lain, bentuk pembelajaran integrated merupakan pembelajaran antar mata
oelajaran yang ditandai oleh adanya pemaduan tujuan, kemampuan, dan sikap dari
pelbagai mata pelajaran dalam topik tertentu secara utuh.[8]
D.
Strategi
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah salah satu strategi
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran satu dengan yang lainnya sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna pada siswa. Tema menjadi pokok pembicaraan atau gagasan yang mudah
memusatkan siswa pada satu tema tertentu. Dengan strategi pembelajaran tematik
ini, siswa akan lebih focus dan konsentrasi sehingga pemahaman terhadap suatu
materi akan lebih mendalam. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada
keterlibatan siswa secara aktif. Siswa tidak hanya dijadikan sebagai objek,
tetapi dituntut aktif untuk terlibat langsung di lapangan. Keterlibatan aktif
akan membuat siswa memperoleh pengalaman yang luas. Pengalaman inilah yang akan
membawa siswa mampu menghubungkan antara satu konsep dengan konsep lain.
Pembelajaran tematik menekankan belajar sambil
melakukan sesuatu. Pengalaman guru menjadi penting untuk memadukan antara teori
dan praktis serta memberikan makna belajar pada siswa. Pengalaman belajar guru
akan memberikan makna belajar yang sesungguhnya pada siswa. Konsep pembelajaran
tematik secara tidak langsung akan membentuk skema konseptual dari materi pembelajaran sehingga
ada proses kesinambungan dan pertautan
antara materi yang dulu dengan sekarang. Pada saat itulah siswa akan mengetahui
mata rantai pengetahuan konseptual.
Ada beberapa ciri utama dari strategi
pembelajaran tematik, yaitu:
1.
Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan
dengan tinngkat perkembangan
2.
Beberapa bentuk kegiatan yang dipilih dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik selalu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa
3.
Proses belajar mengajar akan menimbulkan kesan
yang lebih bagi siswa sehingga hasil dari belajar mampu bertahan lama
4.
Strategi tematik ini membantu keterampilan
siswa dalam berpikir
5.
Menyajikan pelajaran yang lebih realities
sesuai dengan tingkat permasalahan yang terjadi pada siswa
6.
Mengasah dan mengambangkan potensisosial pada
anak, layaknya toleransi, kerjasama, dan tanggap terhadap berbagai perbedaan
yang dimiliki oleh orang lain.
Dan ada beberapa manfaat penting dari strategi
pembelajaran tematik ini yaitu, sebagai berikut:
1.
Siswa lebih mudah untuk memusatkan perhatian
pada satu tema tertentu
2. Siswa bisa
mempelajari pengetahuan serta mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar
pelajaran dengan tema yang sama.
3. Kompetensi
dasar dapat dikembangkan secara lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran
lain dengan pengalaman pribadi siswa.
4. Siswa mampu
memahami materi pelajaran secara lebih mendalam.
5. Siswa bisa
mengetahui dan merasakan manfaat dari belajar kerena materi yang disajikan
dengan tema yang jelas.
6.
Guru bisa menghemat waktu.[9]
Guru bisa menghemat waktu kerena mata pelajaran
yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan secara sekaligus sehingga ini
bisa berlangsung dua atau tiga kali pertemuan.
v Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik
Apabila
ditinjau dari aspek guru dan peserta didik, pembelajaran tematik memiliki
beberapa kelebihan. Keunggulan pembelajaran tematik bagi guru antara lain yaitu
:
Ø Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pembelajaran
tidak dibatasi oleh jam, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup
berbagai mata pelajaran.
Ø Hubungan antar mata pelajaran dan topic dapat diajarkan secara
logis dan alami.
Ø Dapat ditunjukkan bahwa belajar adalah sifat yang kontinew, tidak
terbatas pada buku paket, jam pelajaran. Guru dapat membantu siswa memperluas
kesempatan belajar keberbagai aspek kehidupan.
Ø Guru bebas melihat masalah,
situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang.
Ø Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi.
Penekanan pada kompetensi bisa dikurangi dan diganti dengan kerjasama dan
kolaborasi.
Keuntungan
pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah sebagai berikut:
Ø Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil
belajar
Ø Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan
menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif
Ø Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan
dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan mereka didorong untuk membuat keputusan
sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar
Ø Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar
kelas
Ø Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga
meningkatkan apresiasi dan pemahaman.
Selain
keunggulan di atas pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan
pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal.
Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema
sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema
dengan mateti pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario
pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah
narasi yang kering tanpa makna. Selain itu kekurangan yang lainnya yaitu :
Ø Guru dituntut
memiliki keterampilan yang tinggi
Ø Tidak setiap
guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata
pelajaran secara tepat
Menurut Resmini kelemahan pembelajaran tematik
diantaranya adalah :
Ø Menuntut peran
guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas, kreatifitas tinggi,
keterampilan, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan berani untuk
mengemas dan mengembangkan materi.
Ø Dalam
pengembangan kreatifitas akademik, menuntut kemampuan belajar siswa yang baik
dalam aspek intelegensi
Ø Pembelajaran
tematik memerlukan sarana dan sumber informasi yang cukup banyak dan berguna
untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan
Ø Memerlukan
jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya
Ø Pembelajaran tematik
memerlukan system penilaian dan pengukuran (obyek, indikator, dan prosedur )
yang terpadu
Ø
Pembelajaran tematik tidak mengutamakan salah
satu atau lebih mata pelajaran dalam proses pembelajarannya.
E.
Tahapan Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
A. Sebelum melakukan proses pembelajaran tematik, ada beberapa
tahap yang harus dipersiapkan oleh guru yaitu:
1.
Pemetaan Konsep Dasar
Pemetaan ini bertujuan
agar dapat memperoleh gambaran yang menyeluruh semua standart kompetensi,
termasuk kompetensi dasar serta indikator dari berbagai mata pelajaran yang
telah dipadukan sesuai dengan tema yang di pilih. Untuk itulah ada beberapa
kegiatan yang mesti dilakukan. Penjabaran standart kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam indikator. Dalam melakukan penjabaran ini ada beberapa hal yang
mesti diperhatikan.
a.
Indikator
mesti di kembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik.
b.
Indikator
mesti dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.
c.
Di
rumuskan dalam kerja operasional yang terukur dan di minati.
2.
Menentukan
Tema
Untuk menentukan tema ada dua cara. Cara pertama
adalah mempelajari standtar kompetensi dan kompetensi dasar yang termuat dalam
masing-masing mata pelajaran. Cara kesua adalah menetapkan terlebih dahulu
tema-tema tematik. Untuk menentukan tema ,guru bisa bekerja sama dengan siswa.
3.
Prinsip Penentuan Tema
Dalam menentukan tema,
adad beberapa prinsip yang mesti diperhatikan, yatitu mengambil materi yang
mudah menuju yang sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari yang
konkret menuju yang abstrak, dan yang terpenting tena yang dipilih juga
disesuaikan dengan bakat,minat dan kemampuan siswa.
4.
Penentuan Jaringan Tema
Agar proses
pembelajaran lebih sistematis dan terpadu, buatlah jaringan tema yang bisa
menggabungkan konsep dasar dan indikator. Dengan jaringan tema itu akan
terlihat saling kaitan antar tema, kompetensi dasar, dan indikator. Jaringan
pengetahuan seperti inilah yang akan membuat siswa mudah untuk mendalami dan
memahami.
5.
Penyusunan Silabus
Beberapa tahapan yang
disebutkan sebelumnya bisa menjadi dasar untuk menyusun silabus. Kompetensi
silabus yang terdiri dari standart kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
pengalaman belajar, dan sumber serta penilaian bila disusun berdasarkan tahapan
tersebut.
6.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
RPP disusun untuk
keperluan guru dalam melakukan proses belajar mengajar, RPP adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaranuntuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standart isi dan di jabarkan dalam
silabus. Ada beberapa komponen rencana pembelajaran tematik, yaitu:
a.
Identitas
sebuah mata pelajaran. Identitas ini bisa meliputi nama-nama pelajaran yang
akan di padukan, semester ,kelas dan banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan.
b.
Standart
kompetensi
c.
Kompetensi
dasar
d.
Indikator
pencapaian kompetensi
e.
Tujuan
pembelajaran
f.
Materi
ajar serta beberapa uraian yang perlu dipelajari siswa untuk mencapai
kompetensi dasar dan indikator.
g.
Alokasi
waktu
h.
Metode
pembelajaran yang harus dipakai untuk menyampaikan materi dalam rangka mencapai
kompetensi dasar dan indikator. Kegiatan ini berlangsung mulai dari
pendahuluan, isi dan penutup.
i.
Melakukan
penikaina dan tindak lanjut. Prosedur penilaian yang akan dipakai dan instrumen
apa saja yang perlu diperhatikan.
j.
Sumber
belajar, serta fasilitas yang digunakan untuk mencapai kompetensi dsara dan
sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan
kompetensi dasar yang mesti di kuasai.
Ø Tahap Pelaksanaan
Dalam pembelajaran tematik terkandung pendahuluan,
kegiatan isi dan kegiatan penutup. Berikut adalah beberapa langkah tahap
pelaksanaan dalam pembelajaran tematik :
a.
Kegiatan
pembukaan atau pendahuluan. Guru melakukan kegiatan pembukaaan ini untuk
menciptakan suasana awal pembelajaran serta memberi informasi awal pada siswa
tentang materi pelajaran yang akan dipelajari. Kegiatan awal ini bisa pila
dilakukan sebagai pemanasan untuk memasuki kegiatan inti. Dalam melakukan
pembukaan, guru bisa melakukan berbagai hal yang mampu membangkitkan gairah siswa
untuk belajar dan mempunyai konsentrasi yang tinggi.
b.
Kegiatan
inti. Guru menggabungkan kemampuan siswa dalam membaca, menulis dan berhitung.
Kegiatan inti bisa dilakukan dengan berbagai macam strategi agar siswa tidak
bosan, guru bisa melakukan dengan cara classical, individual dan bisa pula
dengan cara berkelompok.
c.
Kegiatan
penutup. Dalam kegiatan penutup, guru menyimpulkan beberapa materi yang telah
diperbincangkan oleh guru ayaupun siswa. Guru memberi inti materi yang telah
dipelajari oleh siswa. Jika melihat beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki
dalam proses pembelajaran ,guru bisa menyampaikan pada sesi ini. Berilah kritik
dan masukan kepada siswa dengan nada yang ramah, santun dan tidak menyinggung
perasaan.
B.
Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah
Apabila pembelajaran tematik ini diimplementasikan
di sekolah, akanada beberapa implikasi, baik bagi guru, sarana dan prasarana,
dan pengaturan ruangan. Adapun implikasinya yaitu:
Ø Guru akan
dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan materi pembelajaran, memilih
kompetensi dari berbagai pelajaran, serta mengemas dan menyuguhkan mata
pelajaran jadi menarik, menyenangkan dan membuat siswa gembira.
Ø Siswa mesti
mengikuti proses pembelajaran yang bisa memungkinkan bekerja secara individu
atau kelompok atau bahkan cara- cara klasik. Semua itu tergantung pada sejauh
mana kemampuan guru untuk mencari pilihan yang terbaik bagi siswa dalam mencari
metode pembelajaran. Yang terpenting bagi siswa bisa mengikuti pembelajaran
secara variatif.
Ø Pelajaran tematik
memerlukan sarana dan prasarana yang lebih kompleks. Pembelajaran ini kadang
memerlukan desain khusus maupun sumber belajar yang ada di lingkungan yang siap
di manfaatkan secara praktis.
Ø Pembelajaran
tematik juga membutuhkan pengaturan ruangan. Pengaturan ruangan itu meliputi,
penyesuaian pengukuran ruangan dengan tema yang disajikan, pengaturan bangku
peserta didik yang sesuai dengan tema, kegiatan tak melulu di dalam ruangan,
tetapi juga bisa dilakukan di luar ruangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan. Pembelajaran tematik juga memiliki karakteristik-karakteristik
sebagai berikut, berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan
matapelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata
pelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.
Terlepas
dari hal di atas pembelajaran tematik juga mempunyai kelemahan dan kelebihan.
Akan lebih baiknya jika kelemahan dalam pembelajaran tersebut dicari solusinya
agar tidak menghambat proses pembelajaran. Dan kelebihan dalam pembelajaran
tersebut di pertahankan bahkan lebih diperbaiki lagi agar pembelajaran tersebut
menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar