PEMBELAJARAN AL-QURAN KONVENSIONAL
Metode Turutan & Metode Sorogan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Administrasi
dan Supervisi Pendidikan
Dosen :
Abdullah Ma’sum. Alh. M. Pd. I

Disusun Oleh :
Fahrul Abas
Riski
Makrifatunnikmah
Evy Oktaviana
Elfina Laeliya
Fatma
Ida Agis
Setiyaningsih
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
UNIVERSITAS
SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO (UNSIQ)
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mempelajari
cara membaca Al-Quran merupakan kewajiban setiap muslim. Banyak sekali
lembaga-lembaga yang mengajarkan bagaimana cara membaca Al-Quran dengan baik
dan benar. Mulai dari Taman Pendidikan Quran (TPQ), madrasah diniyah, pondok
pesantren, dan lain sebagainya. Bahkan di beberapa tempat juga ada pengajian
Al-Quran di mushola-mushola atau masjid yang bersifat non lembaga. Biasanya
sukarela dari pengajar.
Banyak
metode-metode yang dipakai untuk mempermudah pengajar dalam mengajarkan cara membaca Al-Quran dengan baik
dan benar. Tapi dari sekian banyak metode yang dipakai,
yang paling banyak dipakai adalah metode turutan ataupun metode sorogan.
yang paling banyak dipakai adalah metode turutan ataupun metode sorogan.
Metode
turutan ataupun sorogan merupakan metode yang paling lama dipakai di kalangan
masyarakat. Jika kita bertanya pada orang tua atau kakek nenek kita, pasti
mereka tau ataupun pernah mengaji turutan. Turutan merupakan metode klasik yang dianggap sebagai
metode yang paling efektif dalam mengajarkan cara membaca Al-Quran yang baik
dan benar.
Namun
seiring berjalannya waktu, keberadaan metode turutan maupun sorogan mulai
tersingkirkan. Seiring dengan maraknya kemunculan metode-metode baru yang
dianggap lebih efektif. Banyak madrasah yang berpindah dari metode turutan ke
metode- metode baru seperti qiraati.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembelajaran
Al-Quran dengan metode turutan?
2. Bagaimana
pembelajaran Al-Quran dengan metode sorogan?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pembelajaran Al-Quran dengan metode turutan.
2. Untuk
mengetahui pembelajaran Al-Quran dengan metode sorogan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode
Turutan
Metode
Al-Bagdadi atau Yang biasa kita sebut dengan turutan merupakan metode yang
paling lama dan paling banyak dipakai. Metode ini dipercaya berasal dari
Bagdad, Irak. Dan diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 1930an sebelum
Indonesia merdeka oleh saudagar-saudagar Arab yang singgah di kepulauan
Indonesia.
Cara
mengajarkan metode turutan dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf hijaiyah,
kemudian tanda-tanda bacanya dengan dieja / diurai secara pelan. Setelah
menguasai dengan baik, barulah diajarkan membaca surat Al-Fatihah, An-Nas,
Al-Falaq, Al-Ikhlas, dan seterusnya hingga selesai juz Amma. Setelah selesai
juz Amma, dilanjutkan dengan mulai membaca Al-Quran pada mushaf, dimulai dari
juz pertama sampai tamat.
Dari waktu
ke waktu, dari generasi ke generasi, pengajian anak terus menyebar dalam jumlah
yang besar secara merata di seluruh pelosok tanah air. Berkat pengajian anaklah
kemudian umat islam dari generasi ke generasi berikutnya mampu membaca Al-Quran
dan mengetahui dasar-dasar keislaman.
Namun
seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan IPTEK, sistem pengajian
tradisional dan metode pembelajaran dengan kaidah turutan yang demikian, jadi
kurang menarik.Anak-anak lebih tahan duduk berjam-jam di depan televisi dari
pada duduk setengah jam di depan guru ngaji. Akibatnya, harus dibutuhkan waktu
dua sampai lima tahun untuk bisa memiliki kemampuan mebaca Al-Quran. Akibat lebih lanjut adalah
semakin banyak terlihat anak muda islam yang tidak memiliki kemampuan membaca
Al-Quran.
Mengaji
dengan metode turutan biasanya dilakukan di mushola-mushola atau masjid, dimana
santri berjejer duduk di depan ustadz, kemudian maju satu per satu menghadap
sang ustadz dengan membawa buku turutan yang berisikan tulisan huruf hijaiyah
dilanjutkan dengan harokat, juga ada surat-surat juz 30.
Ada beberapa
cara pembelajaran dengan metode turutan, yaitu :
1. Hafalan
Para murid
diharuskan untuk menghafal materi yang sudah dipelajari pada setiap kali
pertemuan. Setelah pertemuan berikutnya, para murid menyetorkan hafalannya di
depan dan disimak oleh ustadz.
2. Mengeja
Setiap
kali pertemuan seorang guru menulis di papan tulis tentang materi, lalu
membacakannya dengan mengeja, kemudian siswa siswi menirukan sehingga terjalin
komunikasi antara murid dengan ustadznya.
3. Modul
Para murid
diberi modul untuk dipelajari dan dibaca atau bahkan menulis terhadap materi
yang sudah dipelajari.
4. Tidak
Variatif
Pada
metode ini tidak disusun menjadi beberapa jilid buku, melainkan hanya 1 jilid
buku saja.
5. Pemberian
contoh yang absolute
Seorang
ustadz atau ustadzah dalam memberikan bimbingan, terlebih dahulu memberikan
contoh kemudian santri mengikutinya, sehingga santri tidak diperlukan bersikap
aktif.
Setiap
metode pasti ada kelebihan dan
kekurangannya. Adapun kelebihan metode turutan diantaranya :
·
Murid akan mudah dalam belajar karena sebelum
diberikan materi, murid sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
·
Murid yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi
selanjutnya karena tidak menunggu murid lainnya.
·
Bahan atau materi pelajaran disusun secara sekuensif.
·
30 huruf abjad hampir selalu ditampilkanpada setiap
langkah secara utuh sebagai tema sentral.
·
Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara
rapi.
·
Keterampilan mengeja yang dikembangkan merupakan
daya tarik tersendiri.
·
Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam
setiap langkah.
Adapun kekurangannya ialah :
·
Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal
huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja.
·
Murid kurang aktif karena harus mengikuti
ustadz-ustadznya dalam membaca.
·
Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.
·
Kaidah turutan yang asli sulit di ketahui, karena
sudah mengalami beberapa modifikasi kecil.
·
Penyajian materi terkesan menjemukan.
·
Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat
menyulitkan pengalaman murid.
·
Memerlukan waktu lama untuk membaca Al-Quran.
B.
Metode Sorogan
Sorogan
berasal dari bahasa Jawa “sorog” yang berarti menyodorkan. Secara istilah
metode ini disebut sorogan karena murid menghadap kyai atau ustadz pengajarnya
seorang demi seorang dan menyodorkan kitab untuk dibaca dan atau dikaji bersama
dengan kyai tau ustadz tersebut.
Sorogan
juga berarti cara penyampaian bahan pelajaran dimana kyai atau ustadz mengajar
santri seorang demi seorang secara bergilir dan bergantian, santri membawa kitab
sendiri-sendiri. Mula-mula kyai membacakan kitab yang diajarkan kemudian
menerjemahkan kata demi kata serta menerangkan maksudnya, setelah itu santri
disuruh membaca dan mengulang seperti apa yang telah diucapkan kyai sehingga
setiap santri menguasainya.
Begitupun
dalam pembelajaran Al-Quran. Kyai mengejakan huruf hijaiyah, tau membacakan
ayat Al-Quran jika santri sudah mengerti huruf, kemudian santri disuruh
mengulangi bacaan yang dibacakan oleh kyai.
Dengan
cara santri menghadap kyai atau ustadz secara individual untuk menerima
pelajaran secara langsung, kemampuan santri dapat dikontrol oleh ustadz atau
kyainya. Metode ini memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai,
dan membimbing secara maksimal kemampuan murid dalam menguasai Bahasa Arab yang
menjadi bahasa kitab.
Metode
sorogan yang biasa disebut dengan pengajaran individual ini memberikan
kebebasan kepada para santri sekaligus, untuk mengikuti pelajaran menurut
prakarsa dan perhitungan sendiri, menentukan bidang dan tingkat kesukaran buku
pelajarannya sendiri serta mengatur intensitas belajar menurut kemampuan
menyerap dan memotifasinya sendiri.
Pembelajaran
dengan metode sorogan biasanya diselenggarakan pada ruang tertentu yang disitu
tersedia tempat duduk untuk kyai sebagai pengajar, dan didepannya tersedia juga
bangku atau meja kecil untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap.
Sementara itu santri yang lainnya duduk agak menjauh sambil mendengarkan apa
yang disampaikan atau melihat peristiwa apa saja yang terjadi pada saat temannya
maju menghadap dan menyorogkan kitabnya kepada kyai sebagai bahan perbandingan
saat gilirannya untuk maju tiba.
Ada
beberapa teknik pembelajaran dengan metode sorogan, yaitu :
a.
Seorang santri yang mendapat giliran
menrorogkan kitabnya menghadap langsung secara tatap muka kepada ustadz atau
kyai pengampu kitab tersebut. Kitab yang menjadi media sorogan diletakkan
diatas meja atau bangku kecil yang ada diantara mereka berdua.
b.
Ustadz atau kyai tersebut membacakan
teks dalam kitab dengan huruf arab yang dipelajari baik dengan melihat maupun
secara hafalan, kemudian memberikan arti atau makna per kata dengan bahasa yang
mudah dipahami.
c.
Santri dengan tekun mendengarkan apa
yang dibacakan oleh ustadz atau kyainya dan mencocokkannya dengan kitab yang
dibawanya.
d.
Setelah selesai pembacaannya oleh
ustadz atau kyai,santri kemudian menirukan kembali apa yang telah disampaikan
di depan. Bisa juga pengulangan ini dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya
sebelum memulai pelajaran baru. Dalam hal ini ustadz atau kyai melakukan
monitoring dan koreksi seperlunya kesalahan atau kekurangan atas bacaan
(sorogan) santri.
Metode
sorogan banyak dipakai di pondok pesantern tradisional. Bahkan pondok pesantren
modern juga banyak yang masih menerapkan metode ini. Metode ini juga di pakai
dalam pengajian-pengajian Quran atau kitab yang diselenggarakan di
mushola-mushola atau masjid di kampung-kampung. Kebanyakan yang mengajar adalah
lulusan pondok pesantren tradisional. Mereka mengadopsi sorogan di pondok
pesantren tradisional untuk diterapkan di kampung halaman mereka.
Kegiatan
belajar mengajar secara individual dapat melatih santri untuk terbiasa lebih
aktif dalam belajar dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab untuk mencari,
menemukan, memecahkan masalah, dan menerapkannya dengan situasi yang baru
dengan semangat dan gairah yang tinggi. Keberhasilan kegiatan belajar mandiri
tidak akan tercapai dengan sendirinya melainkan harus diusahakan semaksimal
mungkin dengan cara proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan keaktifan belajar
santri.
Sama
seperti metode yang lain, sorogan juga mempunyai kelebihan juga kekurangan.
Kelebihan sorogan yaitu :
·
Ada interaksi individual antara kyai dan santri.
·
Santri sebagai peserta didik lebih dapat dibimbing
dan diarahkan dalam pembelajarannya, baik dari segi bahasa maupun pemahaman isi
kitab.
·
Dapat dikontrol, dievaluasi,dan diketahui
perkembangan dan kemampuan diri santri.
·
Ada komunikasi efektif antara santri dan
pengajarnya.
·
Ada kesan yang mendalam dalam diri santri dan
pengajarnya.
Adapun kekurangan
metode sorogan yaitu tidak tumbuhnya budaya tanya jawab (dialog) dan
perdebatan, sehingga timbul budaya anti kritik terhadap kesalahan yang
diperbuat sang pengajar pada saat memberikan keterangan. Dan mungkin inilah
yang menyebabkan sebagian ahli dan tenaga pendidikan kontemporer tidak
memanfaatkan metode ini sebagai metode pembelajaran resmi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Banyak sekali metode-metode yang
mengajarkan bagaimana cara untuk membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Diantara
metode-metode tersebut ada metode yang bersifat konvensional, yaitu metode
turutan, ataupun juga metode sorogan.
Metode turutan banyak di pakai di
kalangan masyarakat umum sampai sekarang. Para ustadz atau kyai di
kampung-kampung biasa mengajarkan metode turutan dan sorogan di mushola ataupun
masjid. Pembelajaran dimulai dengan pengkajian turutan. Setelah tamat turutan
dilanjutkan pengkajian kitab kuning dengan menggunakan metode sorogan.
Memang di era sekarang metode turutan dan
metode sorogan mulai ditinggalkan seiring dengan maraknya metode-metode baru
yang bermunculan, seperti iqra’, qiraati, yanbu’a, dan lain sebagainya.
Metode-metode ini dinilai lebih efektif jika dibandingkan dengan metode turutan
dan metode sorogan.
Tapi kita tidak bisa melupakan metode
turutan dan metode sorogan ini. Metode ini telah sukses menjaga budaya siswa
untuk tetap mempelajari Al-Quran selama bertahun-tahun. Pada tahun 80an metode
ini begitu diganderungi oleh masyarakat umum di tanah air. Jadi alangkah
baiknya jika kita bisa menggabungkan metode-metode yang baru-baru ini
bermunculan dengan metode turutan dan metode sorogan yang sudah lama digemari
masyarakat luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar