BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Mukjizat
Kata mukjizat dalam Kamus besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai “Kejadian ajaib yang
sukar di jangkau oleh kemampuan akal manusia”.
Menurut istilah agama islam, kata mukjizat terambil
dari kata bahasa Arab (a’jaza) yang berarti “melemahkan atau menjadikan tidak mampu”.
Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz
dan apabila kemampuanya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu
membungkam lawan, ia dinamai
(mu’jizat). Tambahan ta’ marbuthoh pada akhir kata itu mengandung makna
mubalaghah (superlative).
Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama islam, antara
lain sebagai “suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui
seseorang yang mengaku Nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada
yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak
mampu melayani tantangan itu”[1].
2.2
Makna I’Jazil
Qur’an (Makna Kemukjizatan Al-Qur’an)
I’jaz (kemukjizatan)dalam bahasa Arab adalah
menisbatkan lemah kepada orang lain. Allah berfirman:
أَعْجَزَتُ أَنْ أَكُوْنَ مِثْلَ هَذَاالْغُرَابِ
فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِيْ (المائدة: 31)
“Aduhai
celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, kalau aku
dapat menguburkan mayat saudaraku ini.” (QS. Al maidah:31)
Mukjizat
dinamakan mukjizat(melemahkan) karena manusia lemah untuk mendatangkan
sesamanya, sebab mukjizat berupa ha yang bertentangan dengan adat, keluar dari
batas-batas yang telah diketahui[2].
Sedangkan
Al-qur’an biasa didefinisikan sebagai firman-firman Allah yang disampaikan oleh
malaikat Jibril sesuai dengan redaksi-Nyakepada Nabi Muhammad SAW danditerima
oleh umat Islam secara mutawatir.
Para
ulama menegaskan bahwa Al-qur’an dapat dipahami sebagai nama keseluruhan firman
Allah tersebut, tetapi juga dapat bermakna “sepenggal dari ayat-ayat Nya[3].
Jadi I’jazul Qur’an artinya adalah, “Menetapkan
kelemahan manusia baik secara berpisah-pisah maupun berkelompok, untuk bisa
mendatangkan sesamanya”. Dan dimaksud kemukjizatan Al-qur’an bukan berarti
melemahkan manusia dengan pengertian melemahkan yang sebenarnya, artinya
memberi pengertian kepada mereka dengan kelemahannya untuk mendatangkan sesama
Al-qur’an, karena hal itu sudah dimaklumi oleh setiap orang yang berakal,
tetapi maksudnya adalah untuk menjelaskan bahwa kitab ini hak, dan Rasul yang
membawanya adalah Rasul yang benar-benar[4].
2.3
Tujuan dan
Fungsi Mukjizat
Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para Nabi.
Keluarbiasaan yang tampak atau terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai
ucapan Tuhan: “Apa yang dinyatakan sang nabi adalah benar. Dia adalah
utusan-Ku, dan buktinya adalah Aku melakukan mukjizat”.
Mukjizat, walaupun dari segi bahasa berarti melemahkan
, tapi dari segi agama ia sama sekali tidak dimaksudkan untuk melemahkan atau
membuktikan kemampuan yang ditantang. Mukjizat ditampilkan oleh Tuhan melalui
hamba-hamba piihan-Nya untuk membuktikan kebenaran ajaran Ilahi yang dibawa
oleh masing-masing Nabi. Disini terdapat dua konsekuensi yaitu: pertama, bagi
yang telah percaya kepada nabi, maka dia tidak lagi membutuhkan mukjizat,
mukjizat yang dilihat atau dialaminya hanya berfungsi memperkuat keimanan serta
menambah keyakinannya akan kekuasaan Allah SWT. Kedua,para nabi sejak Nabi Adam
a.s. hingga Isa a.s. diutus untuk suatu kurun tertentu serta masyarakat
tertentu, tantangan yang mereka kemukakan sebagai mukjizat pasti tidak dapat di
lakukan oleh umatnya. Jika tujuan mukjizat hanya untuk meyakinkan umat setiap
nabi, boleh jadi umat yang lain dapat melakukannya. Kemungkinan ini lebih
terbuka bagi mereka yang berpendapat bahwa mukjizat pada hakikatnya berada
dalam jangkauan hokum-hukum (Allah yang berlaku) di alam. Namun ketika hal itu
terjadi, hokum-hukum tersebut belum lagi diketahui oleh masyarakat nabi yang
bersangkutan[5].
2.4
Bukti
Kemukjizatan
Sifat kemukjizatan tidak dapat dibuktikan, kecuali
apabila tiga faktor telah terpenuhi, yaitu:
a. Adanya tantangan (ajakan bertanding dan
berlomba)
Ajakan untuk bertanding dalam Al-qur’an
itu memakai beberapa bentuk dan macam-macam uslub yang menggetarkan keadaan
orang-orang Arab dan menarik mereka tampil ke lapangan, dalam uslubyang indah
lagi memesona menguasai perasaan dan hati mereka, dengan sihir dan keindahannya.
Al-qur’an telah mengajak bertanding kepada mereka agar mendatangkan sesame
al-qur’an, kemudian mereka lemah dan berbalik mundur padahal mereka
orator-orator yang hebat dan jago bicara.
Dan dengan itu Al-qur’an mencatat satu kemenangan,
melemahkan mereka dan tetp tegaklah mukjizat Muhammad, seorang nabi yang Ummy,
berupa Al-qur’an yang diturunkan dari Allah semest alam
b. Yang mendorong untuk menangkis tantangan
itu masih ada
Adanya pendorong untuk bertanding di
kalangan orang-orang Arab, betul-betul terjadi, karena Nabi Muhammad SAW datang
kepada mereka dengan membawa agama baru yang dapat menghancurkan agama mereka,
menganggap bodoh pikirannya, menundukkan tuhan dan patung-patungnya serta
menjadikan mereka bahan tertawaan diantara manusia.
c. Yang menghalang-halangi sudah tidak ada
Hilangnya rintangan karena tidak ada
yang melarang mereka untuk menandingi Al-qur’an, karena Al-qur’an diturunkan
dengan bahasa Arab yaitu bahasa mereka sendiri, lafadznya dari huruf Arab, dan
redaksinya memakai uslub orang Arab[6].
1. Al-qur’an adalah Mukjizat Nabi Muhammad
yang Abadi
Hikmah Allah yang azzali telah berjalan untuk
menguatkan para Nabi dan Rasulnya yaitu dengan beberapa mukjizat yang Nampak,
dalil-dalil dan tanda-tanda yang nyata, serta hujjah dan alas an rasional, yang
menyatakan bahwa mereka adalah para Nabi dan Rasul Allah swt.
Allah swt. mengistimewakan Nabi kita Muhammad saw.
dengan bekal mukjizat yang luar biasa yaitu Al-qur’anul Karim. Ia adalah nur
ilahi dan wahyu samawi yang diletakkan ke dalam lubuk hati Nabi-Nya sebagai
Qur’anan ‘Arabiyyan (bacaan berbahasa arab) yang mulus dan lempang. Ia
membacanya sepanjang malam dan siang.dengannya ia menghidupkan semangat
generasi dari bahaya kemusnahan, dan generasi yang sudah punah menjadi generasi
yang hidup kembali dengan pancaran sinar Al-qur’an dan menunjukinya dengan
jalan yang teramat lurus serta membangkitkannya kembali dari lembah kenistaan
menjadi umat yang terbaik yang ditampilkan untuk ikatan seluruh manusia. Allah
menegaskan dalam firmanNya:
“Dan apakah
orang yang sudah mati kemudian kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya
yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah
masyarakat manusia serupa dengan orang yang keadaanya berada dalam gelap gulita
yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah kami jadikan orang
yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan”. (QS.
Al-An’am ayat 122)
Al-qur’an telah membangkitkan ummat memperbaharui
masyarakat,dan menyusun generasi yang belum pernah tampil dalam sejarah. Ia
menampilkan orang Arab dari kehidupan sebagai pengembala kanbing dan unta
menjadi pemimpin bangsa-bangsa, yang dapat menguasai dunia bahkan sampai kepada
negeri-negeri yang begitu jauh mengenalnya. Semua itu berkat Al-qur’an sebagai
mukjizat Nabi Muhammad penutup para Nabi dan Rasul.
Bila mukjizat para Nabi terdahulu itu adalah berupa
mukjizat indrawi yang sesuai dengan masa dan zaman di masa mereka dibangkitkan.
Sebagai contoh, mukjizat Nabi Musa as. berupa tongkat karena ia diutus pada
suatu masa dimana banyak ahli sihir dan merajalelanya sihir. Demikian juga
mukjizat Nabi Isa as. dimana ia dapat menghidupkn kembali orang-orang yang
mati, menyembuhkan orang yang buta dan kusta serta dapat memberitahukan hal-hal
yang gaib, karena diutus suatu masa dimana ilmu kedokteran dan pengetahuan
begitu subur dan popular. Namun semua mukjizat yang diturunkan pada Nabi
terdahulu itu hilang bersamaan dengan wafatnya para Nabi yang mulia sebagai
pembawanya. Mukjizat tersebut tidak akan Nampak lagi ujudnya kecuali
diceritakan dalam Al-qur’an tentang peristiwanya. Karena itu Al-qur’an memiliki
kelebihan yang sangat menonjol melebihi semua mukjizat baik yang telah lalu
maupun yang akan terjadi (kalau ada). Pengertian Al-qur’an dengan seluruh aspek
kemukjizatannya telah dinyatakan abadi, tidak akan hilang dengan berlalunya
masa, tidak akan mati dengan wafatnya Rasulullah, tetapi akan tetap tegak di
muka bumi dan akan menghantam orang yang berdusta dan mengingkarinya.[7]
2.5 Tujuan I’jazil Qur’an
Dari pengertian i’jaz dan mu’jizat di
atas, dapat diketahui beberapa tujuan i’jazil al-qur’an, diantaranya adalah:
a. Membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW
yang membawa al-qur’an itu adalah benar-benar seorang Nabi/Rasul Allah.
b. Membuktikan bahwa kitab al-qur’an itu
adalah benar-benar wahyu Allah SWT, bukan buatan malaikat Jibril dan bukan
tulisan Nabi Muhammad SAW.
c. Menunjukkan kelemahan mutu sastra
dan balaghah bahasan manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan
seni bahasa arab tidak ada yang mampu mendatangkan kitab tandingan yang sama
seperti al-qur’an.
d. Menunjukkan kelemahan daya upaya dan
rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombonganya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah dapat di ambil
kesimpulan bahwa Al-Qur'an ini adalah Mukjizat terbesar yang diberikan Allah
kepada Nabi Muhammad SAW. Kita tahu bahwa setiap Nabi diutus Allah selalu
dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap pesan atau misi yang dibawa oleh Nabi.
Mukjizat ini selalu dikaitkan dengan perkembangan
dan keahlian masyarakat yang dihadapi tiap-tiap Nabi, setiap mukjizat bersifat
menantang baik secara tegas maupun tidak, oleh karena itu tantangan tersebut
harus dimengerti oleh orang-orang yang ditantangnya itulah sebabnya jenis
mukjizat yang diberikan kepada para Nabi selalu disesuaikan dengan keahlian
masyarakat yang dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan yang mematikan bagi
masyarakat yang ditantang tersebut. Demikianlah dalam hal
ini penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf kepada
semua pihak, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan penulisan
makalah ini selanjutnya.
[1] M.Quraish Shihab , Mukjizat
al-qur’an hal 25
[2]Mohammad Aly Ash Shabuny,
Pengantar studi al-qur’an (atthibyan) hal 102
[4]Mohammad AlyAsh Shabuny,
Pengantar studi al-qur’an hal103
[5]M. Quraish Shihab, Mukjizat
al-qur’an hal35-36
[6] Pengantar studi al-qur’an Atthibyan hal 103-110
[7] Mohammad AlyAsh Shabuny, pengantar
studi al-qur’an(at-thibyan) hal 97-100
Tidak ada komentar:
Posting Komentar