Jumat, 30 September 2016

Mukjizat Al Quran

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mukjizat
Kata mukjizat dalam Kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “Kejadian ajaib yang sukar di jangkau oleh kemampuan akal manusia”.
Menurut istilah agama islam, kata mukjizat terambil dari kata bahasa Arab                (a’jaza) yang berarti “melemahkan atau menjadikan tidak mampu”. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz dan apabila kemampuanya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai                   (mu’jizat). Tambahan ta’ marbuthoh pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlative).
Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama islam, antara lain sebagai “suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku Nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu”[1].
2.2  Makna I’Jazil Qur’an (Makna Kemukjizatan Al-Qur’an)
I’jaz (kemukjizatan)dalam bahasa Arab adalah menisbatkan lemah kepada orang lain. Allah berfirman:
أَعْجَزَتُ أَنْ أَكُوْنَ مِثْلَ هَذَاالْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِيْ (المائدة: 31)
“Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, kalau aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini.” (QS. Al maidah:31)
Mukjizat dinamakan mukjizat(melemahkan) karena manusia lemah untuk mendatangkan sesamanya, sebab mukjizat berupa ha yang bertentangan dengan adat, keluar dari batas-batas yang telah diketahui[2].
Sedangkan Al-qur’an biasa didefinisikan sebagai firman-firman Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril sesuai dengan redaksi-Nyakepada Nabi Muhammad SAW danditerima oleh umat Islam secara mutawatir.
Para ulama menegaskan bahwa Al-qur’an dapat dipahami sebagai nama keseluruhan firman Allah tersebut, tetapi juga dapat bermakna “sepenggal dari ayat-ayat Nya[3].
Jadi I’jazul Qur’an artinya adalah, “Menetapkan kelemahan manusia baik secara berpisah-pisah maupun berkelompok, untuk bisa mendatangkan sesamanya”. Dan dimaksud kemukjizatan Al-qur’an bukan berarti melemahkan manusia dengan pengertian melemahkan yang sebenarnya, artinya memberi pengertian kepada mereka dengan kelemahannya untuk mendatangkan sesama Al-qur’an, karena hal itu sudah dimaklumi oleh setiap orang yang berakal, tetapi maksudnya adalah untuk menjelaskan bahwa kitab ini hak, dan Rasul yang membawanya adalah Rasul yang benar-benar[4].
2.3  Tujuan dan Fungsi Mukjizat
Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para Nabi. Keluarbiasaan yang tampak atau terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan Tuhan: “Apa yang dinyatakan sang nabi adalah benar. Dia adalah utusan-Ku, dan buktinya adalah Aku melakukan mukjizat”.
Mukjizat, walaupun dari segi bahasa berarti melemahkan , tapi dari segi agama ia sama sekali tidak dimaksudkan untuk melemahkan atau membuktikan kemampuan yang ditantang. Mukjizat ditampilkan oleh Tuhan melalui hamba-hamba piihan-Nya untuk membuktikan kebenaran ajaran Ilahi yang dibawa oleh masing-masing Nabi. Disini terdapat dua konsekuensi yaitu: pertama, bagi yang telah percaya kepada nabi, maka dia tidak lagi membutuhkan mukjizat, mukjizat yang dilihat atau dialaminya hanya berfungsi memperkuat keimanan serta menambah keyakinannya akan kekuasaan Allah SWT. Kedua,para nabi sejak Nabi Adam a.s. hingga Isa a.s. diutus untuk suatu kurun tertentu serta masyarakat tertentu, tantangan yang mereka kemukakan sebagai mukjizat pasti tidak dapat di lakukan oleh umatnya. Jika tujuan mukjizat hanya untuk meyakinkan umat setiap nabi, boleh jadi umat yang lain dapat melakukannya. Kemungkinan ini lebih terbuka bagi mereka yang berpendapat bahwa mukjizat pada hakikatnya berada dalam jangkauan hokum-hukum (Allah yang berlaku) di alam. Namun ketika hal itu terjadi, hokum-hukum tersebut belum lagi diketahui oleh masyarakat nabi yang bersangkutan[5].
2.4  Bukti Kemukjizatan
Sifat kemukjizatan tidak dapat dibuktikan, kecuali apabila tiga faktor telah terpenuhi, yaitu:
a.      Adanya tantangan (ajakan bertanding dan berlomba)
Ajakan untuk bertanding dalam Al-qur’an itu memakai beberapa bentuk dan macam-macam uslub yang menggetarkan keadaan orang-orang Arab dan menarik mereka tampil ke lapangan, dalam uslubyang indah lagi memesona menguasai perasaan dan hati mereka, dengan sihir dan keindahannya. Al-qur’an telah mengajak bertanding kepada mereka agar mendatangkan sesame al-qur’an, kemudian mereka lemah dan berbalik mundur padahal mereka orator-orator yang hebat dan jago bicara.
Dan dengan itu Al-qur’an mencatat satu kemenangan, melemahkan mereka dan tetp tegaklah mukjizat Muhammad, seorang nabi yang Ummy, berupa Al-qur’an yang diturunkan dari Allah semest alam
b.     Yang mendorong untuk menangkis tantangan itu masih ada
Adanya pendorong untuk bertanding di kalangan orang-orang Arab, betul-betul terjadi, karena Nabi Muhammad SAW datang kepada mereka dengan membawa agama baru yang dapat menghancurkan agama mereka, menganggap bodoh pikirannya, menundukkan tuhan dan patung-patungnya serta menjadikan mereka bahan tertawaan diantara manusia.
c.      Yang menghalang-halangi sudah tidak ada
Hilangnya rintangan karena tidak ada yang melarang mereka untuk menandingi Al-qur’an, karena Al-qur’an diturunkan dengan bahasa Arab yaitu bahasa mereka sendiri, lafadznya dari huruf Arab, dan redaksinya memakai uslub orang Arab[6].
1.     Al-qur’an adalah Mukjizat Nabi Muhammad yang Abadi
Hikmah Allah yang azzali telah berjalan untuk menguatkan para Nabi dan Rasulnya yaitu dengan beberapa mukjizat yang Nampak, dalil-dalil dan tanda-tanda yang nyata, serta hujjah dan alas an rasional, yang menyatakan bahwa mereka adalah para Nabi dan Rasul Allah swt.
Allah swt. mengistimewakan Nabi kita Muhammad saw. dengan bekal mukjizat yang luar biasa yaitu Al-qur’anul Karim. Ia adalah nur ilahi dan wahyu samawi yang diletakkan ke dalam lubuk hati Nabi-Nya sebagai Qur’anan ‘Arabiyyan (bacaan berbahasa arab) yang mulus dan lempang. Ia membacanya sepanjang malam dan siang.dengannya ia menghidupkan semangat generasi dari bahaya kemusnahan, dan generasi yang sudah punah menjadi generasi yang hidup kembali dengan pancaran sinar Al-qur’an dan menunjukinya dengan jalan yang teramat lurus serta membangkitkannya kembali dari lembah kenistaan menjadi umat yang terbaik yang ditampilkan untuk ikatan seluruh manusia. Allah menegaskan dalam firmanNya:

                          

Dan apakah orang yang sudah mati kemudian kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia serupa dengan orang yang keadaanya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-An’am ayat 122)
Al-qur’an telah membangkitkan ummat memperbaharui masyarakat,dan menyusun generasi yang belum pernah tampil dalam sejarah. Ia menampilkan orang Arab dari kehidupan sebagai pengembala kanbing dan unta menjadi pemimpin bangsa-bangsa, yang dapat menguasai dunia bahkan sampai kepada negeri-negeri yang begitu jauh mengenalnya. Semua itu berkat Al-qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad penutup para Nabi dan Rasul.
Bila mukjizat para Nabi terdahulu itu adalah berupa mukjizat indrawi yang sesuai dengan masa dan zaman di masa mereka dibangkitkan. Sebagai contoh, mukjizat Nabi Musa as. berupa tongkat karena ia diutus pada suatu masa dimana banyak ahli sihir dan merajalelanya sihir. Demikian juga mukjizat Nabi Isa as. dimana ia dapat menghidupkn kembali orang-orang yang mati, menyembuhkan orang yang buta dan kusta serta dapat memberitahukan hal-hal yang gaib, karena diutus suatu masa dimana ilmu kedokteran dan pengetahuan begitu subur dan popular. Namun semua mukjizat yang diturunkan pada Nabi terdahulu itu hilang bersamaan dengan wafatnya para Nabi yang mulia sebagai pembawanya. Mukjizat tersebut tidak akan Nampak lagi ujudnya kecuali diceritakan dalam Al-qur’an tentang peristiwanya. Karena itu Al-qur’an memiliki kelebihan yang sangat menonjol melebihi semua mukjizat baik yang telah lalu maupun yang akan terjadi (kalau ada). Pengertian Al-qur’an dengan seluruh aspek kemukjizatannya telah dinyatakan abadi, tidak akan hilang dengan berlalunya masa, tidak akan mati dengan wafatnya Rasulullah, tetapi akan tetap tegak di muka bumi dan akan menghantam orang yang berdusta dan mengingkarinya.[7]
2.5 Tujuan I’jazil Qur’an
Dari pengertian i’jaz dan mu’jizat di atas, dapat diketahui beberapa tujuan i’jazil al-qur’an, diantaranya adalah:
a.       Membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW yang membawa al-qur’an itu adalah benar-benar seorang Nabi/Rasul Allah.
b.      Membuktikan bahwa kitab al-qur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT, bukan buatan malaikat Jibril dan bukan tulisan Nabi Muhammad SAW.
c.       Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasan manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa arab tidak ada yang mampu mendatangkan kitab tandingan yang sama seperti al-qur’an.
d.      Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombonganya.




















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
               Dari makalah dapat di ambil kesimpulan bahwa Al-Qur'an ini adalah Mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Kita tahu bahwa setiap Nabi diutus Allah selalu dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap pesan atau misi yang dibawa oleh Nabi.
              Mukjizat ini selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian masyarakat yang dihadapi tiap-tiap Nabi, setiap mukjizat bersifat menantang baik secara tegas maupun tidak, oleh karena itu tantangan tersebut harus dimengerti oleh orang-orang yang ditantangnya itulah sebabnya jenis mukjizat yang diberikan kepada para Nabi selalu disesuaikan dengan keahlian masyarakat yang dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan yang mematikan bagi masyarakat yang ditantang tersebut. Demikianlah dalam hal ini penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf kepada semua pihak, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan penulisan makalah ini selanjutnya.


[1] M.Quraish Shihab , Mukjizat al-qur’an hal 25
[2]Mohammad Aly Ash Shabuny, Pengantar studi al-qur’an (atthibyan) hal 102
[3] M. Quraish Shihab,Mukjizat al-qur’an hal 45
[4]Mohammad AlyAsh Shabuny, Pengantar studi al-qur’an hal103
[5]M. Quraish Shihab, Mukjizat al-qur’an hal35-36
[6] Pengantar studi al-qur’an Atthibyan hal 103-110
[7] Mohammad AlyAsh Shabuny, pengantar studi al-qur’an(at-thibyan) hal 97-100

Tidak ada komentar:

Posting Komentar